MAKALAH Pemberian Obat melalui Inhalasi dan Hidung
MAKALAH
Pemberian Obat melalui
Inhalasi dan Hidung
Nama : Alvionita
NIM : 16150145
Kelas : B13.2
PRODI
D-III KEBIDANAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hidung mempunyai
tugas menyaring udara dari segala macam debu yang masuk ke dalam melalui
hidung. Tanpa penyaringan ini mungkin debu ini dapat mencapai paru-paru. Bagian
depan dari rongga hidung terdapat rambut hidung yang berfungsi menahan butiran
debu kasar, sedangkan debu halus dan bakteri menempel pada mukosa hidung. Dalam
rongga hidung udara dihangatkan sehingga terjadi kelembaban tertentu.
Inhalasi yaitu
pemberian obat melalui saluran pernafasan. Terapi inhalasi adalah cara
pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk
menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi merupakan
terapi dengan memanfaatkan uap hasil dari kerja mesin nebulizer. Uap air yang
berasal dari campuran obat dan pelarutnya dipercaya dapat langsung mencapai saluran
pernafasan, sehingga efektif untuk mengatasi masalah di daerah tersebut.
Inhalasi sering digunakan pada anak-anak dibawah usia 10 tahun. Batuk/pilek
karena alergi dan asma adalah gangguan saluran pernafasan yang paling umum
terjadi.
Pemberian obat pada
hidung dengan cara memberikan tetes hidung. Prosedur ini dilakukan pada
inflamasi hidung(rhinitis) atau nasofaring.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari pemberian obat melalui inhalasi dan hidung?
2. Apakah tujuan pemberian obat melalui inhalasi dan hidung?
3. Apakah keuntungan dan kerugian pemberian obat melalui inhalasi dan hidung?
4. Apa sajakah jenis-jenis inhalasi?
5. Apa sajakah indikasi dan kontraindikasi pemberian obat melalui
inhalasi dan hidung?
6. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian obat melalui inhalasi dan hidung?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Untuk memahami definisi dari pemberian obat melalui inhalasi dan hidung
2. Untuk memahami tujuan pemberian obat melalui inhalasi dan hidung
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian pemberian obat melalui inhalasi
dan hidung
4. Untuk mengetahui jenis-jenis inhalasi
5. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian obat melalui
inhalasi dan hidung
6. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian obat melalui inhalasi dan hidung
BAB II
PEMBAHASAN
I. PEMBERIAN OBAT MELALUI HIDUNG
A. PENGERTIAN
Hidung merupakan organ
penciuman dan jalan utama keluar-masuknya udara dari dan ke paru-paru. Hidung
juga memberikan tambahan resonansi pada suara dan merupakan tempat bermuaranya
sinus paranasalis dan saluran air mata.
Pemberian obat melalui
hidung adalah cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat
dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
B. TUJUAN
Tujuan dari pemberian
obat melalui hidung adalah :
· Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
· Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
C. ALAT DAN BAHAN:
1. Obat dalam tempatnya
2. Pipet
3. Spekulum hidung
4. Pinset anatomi dalam tempatnya
5. Korentang dalam tempatnya
6. Sarung tangan
7. Plester
8. Kain kasa
9. Kertas tisu
10. Balutan
D. PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan cara:
a. Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
b. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
c. Berbaring dengan bantal di bawah, bahu dan kepala belakang.
4. Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan Pertahankan
posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama obat di teteskan ).
5. Cuci tangan
6. Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian obat
E. KEUNTUNGAN
1. Metabolisme melalui enterohepatik dan
dinding usus dikurangi
2. Penguraian di saluran pencernaan
dihindari
3. Kecepatan dan jumlah obat yang
diabsorpsi serta profil konsentrasi obat dalam plasma terhadap waktu sebanding
dengan pemberian dengan intra vena.
4. Banyak pembuluh dan struktur membran
mukosan yang permeabel sehingga memungkinkan pemberian untuk sistemik.
F. KEKURANGAN
1. Metode dan teknik pemberian sulit karena
memerlukan alat bantu yang dapat digunakan untuk ukuran yang tepat.
2. Lokasi disposisi obat yang tepat, sulit
dicapai.
3. Kecepatan pembersihan obat
II. PEMBERIAN OBAT SECARA INHALASI
A. PENGERTIAN
Inhalasi adalah alat
pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk
menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Alat ini biasanya digunakan
dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik,
misalnya pada penyakit asma. Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan
obat dalam bentuk uap kepada si sakit langsung melalui alat pernapasannya
(hidung ke paru-paru).
Inhalasi memberikan
pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran nafas dan
epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama cepatnya dengan efek yang
di hasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Cara pemberian ini di gunakan
untuk obat-obat berupa gas (misalnya, beberapa obat anestetik) atau obat yang
dapat di dispersi dalam suatu eorosol. Rute tersebut terutama efektif dan
menyenangkan untuk penderita- penderita dengan keluhan-keluhan pernafasan
(misalnya, Asma atau penyakit paru obstruktif kronis) karena obat yang di
berikan langsung ketempat kerjanya efek samping sistemik minimal.
Obat diberikan dengan
inhalasi akan terdispersi melalui aerosol semprot, asap atau bubuk sehingga
dapat masuk ke saluran nafas. Jaringan alverokapiler menyerap obat dengan
cepat. Inhaler dosisi terukur (metered-dose inhaler/MDI)dan inhaler
bubuk kering (Dry Power Inhaler/DPI) biasanya memiliki efek local
seperti dilate bronkus. Namun, beberapa obat dapat menyebabkan efek sistemik
yang serius.
Yang menerima obat
melalui inhalasi biasanya memiliki penyakit pernafasan kronis seperti asma
kronis, emfisema, atau bronchitis masing-masing masalah pernafasan memerlukan
obat inhalasi yang berbeda. Sebagai contoh, klien dengan asma biasanya menerima
obat antiimfamasi karena asma merupakan penyakit imflamasi sementara klien
dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) menerima brokoladilator karena
biasanya mereka memiliki masalah dengan bronkokostriks. Beberapa inhaler
mengandung kombinasi dari obat “darurat”.Dan “perbaikan” (capriotti, 2005).
Karena lien bergantung pada obat inhalasi untuk mengontrol penyakitnya, maka
mereka perlu mengetahui mengenai obat tersebut dan bagaimana cara
menggunakannya dengan aman.
B. TUJUAN PENGOBATAN SECARA INHALASI
· Memenuhi kekurangan zat asam
· Membantu kelancaran metabolisme
· Sebagai tindakan pengobatan
· Mencegah hipoxia(misalnya pada penyelam, penerbang, pendaki gunung, pekerja
tambang)
Karena terapi inhalasi
obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi secara cepat dibanding
cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan
serangan yang membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping
sistemik yang ditimbulkannya.
Biasanya terapi
inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme, mengencerkan sputum,
menurunkan hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi infeksi.Terapi inhalasi ini
baik digunakan pada terapi jangka panjang untuk menghindari efek samping
sistemik yang ditimbulkan obat, terutama penggunaan kortikosteroid.
Pada asma, penggunaan
obat secara inhalasi dapat mengurangi efek samping yang sering terjadi pada
pemberian parenteral atau per oral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan
jenis lainnya. Terapi ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit
saluran pernafasan yang akut maupun kronik, misalnya pada penyakit asma. Asma
termasuk penyakit yang sering terjadi pada anak-anak.Ashma adalah suatu
gangguan pada saluran bronchial yang mempunyai ciri bronchospasme periodik
(kontraksi spasme pada saluran nafas).Selain asma ada batuk / pilek karena
alergi adalah gangguan saluran pernafasan yang paling umum terjadi. Banyak cara
dicoba untuk mempercepat penyembuhan dan pengurangan gejala akibat masalah ini
termasuk secara inhalasi.
C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGOBATAN
SECARA INHALASI
1. Keuntungan
Dibandingkan dengan terapi oral (obat yang diminum), terapi
ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta membutuhkan
dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek sampingnya ke organ lainpun lebih
sedikit. Sebanyak 20-30% obat akan masuk di saluran napas dan paru-paru,
sedangkan 2-5% mungkin akan mengendap di mulut dan tenggorokan. Bandingkan
dengan obat oral. Ibaratnya obat tersebut akan "jalan-jalan" dulu ke
lambung, ginjal, atau jantung sebelum sampai ke sasarannya, yakni paru-paru.
Pada anak-anak, umumnya diberi tambahan masker agar obat tidak menyemprot
kemana-mana. Dengan cara ini, bayi/balita cukup bersikap pasif dan ini jelas
menguntungkan.
2. Kerugian
Jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dan obat
yang di pakai tidak cocok dengan keadaan mulut dan sistem pernafasan , hal yang
mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada mulut dan gangguan pernafasan. Jadi
pengguna pengobatan inhalasi akan terus berkonsultasi pada dokter tentang
obat nya. Selain hal itu obat relatif lebih mahal dan bahkan mahal dari pada
obat oral.
D. JENIS-JENIS INHALASI
Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi
(penumpukan) obat dalam mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah obat yang
tertelan, dan mengurangi efek sistemik.Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun
lebih baik, sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik. Obat
hirupan dalam bentuk bubuk kering (DPI = Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler,
Diskhaler, Rotahaler, Turbuhaler, Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi
(upaya menarik/menghirup napas) yang kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk
anak usia sekolah.
1. Metered Dose Inhaler (MDI) tanpa Spacer
Spacer (alat
penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut, sehingga kecepatan
aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini mengurangi pengendapan di
orofaring (saluran napas atas). Spacer ini berupa tabung (dapat bervolume 80
ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm, atau bentuk lain berupa kerucut dengan
volume 700-1000 ml. Penggunaan spacer ini sangat menguntungkan pada anak.
MDI (Metered-dose Inhaler)
Cara Penggunaan :
1. Lepaskan penutup aerosol
2. Pegang tabung obat di antara ibu jari dan jari
telunjuk kemudian kocok seperti gambar
3. Ekspirasi maksimal. Semakin banyak udara yang
dihembuskan, semakin dalam obat dapat dihirup.
4. Letakkan mouthpiece di antara
kedua bibir, katupkan kedua bibir kuat-kuat
5. Lakukan inspirasi secara perlahan. Pada awal
inspirasi, tekan MDI seperti pada gambar. Lanjutkan inspirasi anda
selambat dan sedalam mungkin.
6. Tahan nafas selama kurang lebih 10 detik agar obat
dapat bekerja
7. Keluarkan nafas secara perlahan
8. Kumur setelah pemakaian (mengurangi ES stomatitis)
2. Dry Powder Inhaler (DPI)
Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI
memerlukan hirupan yang cukup kuat.Pada anak yang kecil, hal ini sulit
dilakukan.Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih
mudah, karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI.Deposisi
(penyimpanan) obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih
konstan.Sehingga dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun.
Cara
Penggunaan Inhaler:
1. Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya,
sebanyak mungkin
2. Ambillah inhaler, kemudian kocok
3. Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler
terletak dibagian bawah
4. Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua
jari di depan mulut (jangan meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan bagian
mulut inhaler)
5. Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan
dalam, bersamaan dengan menekan inhaler (waktu saat menarik nafas dan menekan
inhaler adalah waktu yang penting bagi obat untuk bekerja secara efektif)
6. Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik
(jika tidak membawa jam, sebaiknya hitung dalam hati dari satu hingga sepuluh)
7. Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi
menghirup lagi seperti cara diatas, sesuai aturan pakai yang diresepkan oleh
dokter
8. Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih
untuk mencegah efek samping yang mungkin terjadi.Pengobatan asma harus
dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi gejala yang timbul.
Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga, dan dokternya.
Oleh karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi lengkap
tentang obat yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai dan
efek samping yang mungkin timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor yang
menjadi penyebab timbulnya asma. Selain itu, pasien harus diingatkan untuk
selalu membawa obat asma kemanapun dia pergi, menyimpan obat-obatnya dengan
baik, serta mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini perlu
diperhatikan agar semakin hari kualitas hidup pasien semakin meningkat.
3. Nebulizer
Alat nebulizer dapat
mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus menerus
dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik
sehingga dalam prakteknya dikenal 2 jenis alat nebulizer yaitu ultrasonic
nebulizer dan jet nebulizer. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung
pada jenis nebulizer yang
digunakan.
Nebulizer yang dapat
menghasilkan partikel aerosol terus menerus ada juga yang dapat diatur sehingga
aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi sehingga obat tidak
banyak terbuang. Keuntungan terapi inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak
atau sedikit memerlukan koordinasi pasien, hanya memerlukan pernafasan tidal,
beberapa jenis obat dapat dicampur (misalnya salbutamol dan natrium
kromoglikat).Kekurangannya adalah karena alat cukup besar, memerlukan sumber
tenaga listrik dan relatif mahal.
PROSEDUR PERAWATAN DENGAN NEBULIZER
1. Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk beratnya.
Lepaskan selang dari kompresor .
2. sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan subun
kemudian keringkan.
3. hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan perintah
dan letakkan dalam tutup nebulizer.
4. pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
5. hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
6. nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan baik.
7. duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
8. apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan nyaman
pada bagian wajah.
9. apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi dan
lidah.
10. bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas dalam
dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.
11. lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit).
12. apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan istirahat
selama kurang lebih 5 menit.
E. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMBERIAN OBAT SECARA INHALASI
1. Indikasi
· Pasien sesak nafas dan batuk broncho pneumonia
· Ppom (bronchitis, emfisema)
· Asma bronchial
· Rhinitis dan sinusitis
· Paska tracheostomi
· Pilek dengan hidung sesak dan berlendir
· Selaput lendir mengering
· Iritasi kerongkongan, radang selaput lendir
· Saluran pernafasan bagian atas
2. Kontraindikasi
· Pasien yang tidak
sadar/confusion tidak kooperatif dengan prosedur ini, membutuhkan mask /
sungkup , tetapi mask efektifnya berkurang secara spesifik. Medikasi nebulizer
kontraindikasi pada keadaan dimana suara nafas tidak ada / berkurang, kecuali
jika medikasi nebulizer diberikan melalui endotracheal tube yang menggunakan
tekanan positif.
· Pasien dengan
penurunan pertukaran gas juga tidak dapat menggerakkan/ memasukkan medikasi
secara adekuat ke dalam saluran nafas.
· Pemakaian katekolamin
pada pasien dengan cardiac irritability harus dengan perlahan. Ketika di
inhalasi katekolamin dapat meningkatkan cardiac rate dan menimbulkan disritmia.
Medikasi nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui IPPB(intermittent
positive pressure breathing), sebab IPPB mengiritasi dan meningkatkan
bronkhospasme.
III. ABSORBSI OBAT
Absorbsi
obat lewat mucus hidung terkadang baik atau lebih baik dari oral. Rute
intranasal nampaknya ideal karena menghasilkan efek langsung ke vascular dan
mudah pemberiannya. Namun demikian cara ini jarang dijumpai sehari-hari.
Tonndorf dan
pembantunya mengkaji absorbsi hiosin dan atropin dari selaput lendir manusia.
Mereka mengevaluasi denga cara mengamati hambatan produksi saliva sebagai cara
untuk menguji absorbsi obat. Penemuan mereka didemonstrasikan sebagai pemberian
obat melalui hidung.
Untuk
semua kasus, produksi saliva untuk kontrol berbeda nyata dengan yang
mengandung obat, sediaan kapsul yang paling lambat responnya, diikuti larutan
oral. Perlambatan respon nampaknya tergantung pada waktu yang diperlukan untuk
melarutkan kapsul dan padatan garam alkalod.
Injeksi subkutan
memberikan respon yang paling cepat dan tetes hidung menyusul sesudahnya.
Pemberian hiosin
dalam bentuk semprotan (spray) responnya tidak sebaik tetes hidung. Akan tetapi
apabila 0,01 % Na-Laurilsulfat ditambahkan pada tempat absorbsi obat, maka
responnya akan sebaik respon tetes hidung.
Obat yang sering diberikan untuk pengobatan hidung :
1. Antibiotik
2. Sulfasetamide
3. Vasokontriktor
4. Germisid
5. Antiseptik
Yang perlu
diperhatikan bahwa rambut getar dalam rongga hidung sangat peka terhadap
beberapa macam obat misalnya obat yang mengandung Efedrin HCl, konsentrasi
paling tinggi yang dapat ditahan adalah 3% lebih tinggi dari kadar tersebut
akan mengerem kerja dari rambut getar.
Larutan adrenalin yang asam (adrenalin 1
% pH 3) juga akan mengerem kerja dari rambut getar hidung. Larutan kokain HCl
hanya dapat digunakan sampai konsentrasi paling tinggi 2,5 %.
Larutan protalgol mempunyai pengaruh
yang nyata terhadap rambut getar hidung karena mengendapklan protein (padahal
lendir yang diekskresikan di daerah rambut getar sebagian bersar terdiri dari
protein).
Parafin cair jika digunakan sebagai
bahan pembawa (baik sebagai pelarut atau mengahsilkan suspensi) akan memberikan
suatu lapisan pada mukosa hidung, hingga secara tidak langsung dapat mengurangi
kerja rambut getar, jadi tetes hidung dengan paraffin cair sebaiknya dihindari.
Reaksi alkali seperti misalnya garam
sulfat, hendaknya juga dihindari karena biasanya pH larutan sulfat sangat
alkali yaitu pHnya antara 10-11. sebagai pelarut bukan lagi air yang dipakai
melainkan propilenglikol, larutan sulfat dalam propilen glikol tak perlu
dialkalikan, jadi reaksinya sedikit asam (karena sulfa merupakan asam lemah).
Obat tetes hidung harus isoosmotik
dengan secret hidung atau isoosmotik dengan cairan tubuh lainnya yaitu sama
denagn larutan NaCl 0,9% . pengisotonisan ini perlu sekail maksudnya agar tidak
mengganggu fungsi rambut getar, epitel. Sedikit hipertoni masih diperkenankan.
Sebagai bahan pengiisotoni digunakan NaCl atau glukosa.
Tetes hidung harus steril dan untuk
untuk menjaga agar oabat terhindar dari kontaminasi, maka penambahan
preservatif juga dilakukan misalnya dengan nipagin atau nipasol atau kombinasi
keduanya. Nipagin dipakai 0,04-0,01 %; sedangkan campurannya dapat dibuat
dengan kombinasi Nipagin (0.026%) + Nipasol (0.014%).
Secara umum untuk obat (tetes) hidung harus diperhatikan :
1. Sebaiknya digunakan pelarut air
2. Jangan menggunakan obat yang cenderung
akan mengerem fungsi rambut getar epitel
3. pH larutan sebaiknya diatur sekitar
5,5-6,5 dan agar pH tersebut stabil hendaknya ditambahkan dapar (buffer)
4. Usahakan agar larutan isotoni
5. Agar supaya obat dapat tinggal lama
dalam rongga hidung dapat diusahakan penambahan bahan yang menaikkan
viskositasnya agar mendekati secret lendir hidung
6. Hendaknya
dihindari larutan obat (tetes) hidung yang bereaksi alkali
7. Penting
untuk diketahui jangan sampai bayi diberi tetes hidung yang mengandung
menthol, karena dapat menyebabkan karam (kejang) pada jalan pernafasan
8. Harus tetap stabil selama dalam
pemakaian pasien
9. Harus mengandung antibakteri untuk
mereduksi pertumbuhan bakteri selama dan pada saat obat diteteskan.
Dapar fosfat untuk obat tetes hidung (pH 6,5) dapat digunakan dan dibuat
seperti tersebut dibawah ini :
1. NaH2PO4. H2O 0,65
2. NaH2PO4. 7 H2O 0,54
3. NaCl 0,45
4. Benzalkonium klorida 0.01-0,10%
5. Air suling secukupnya 100 ml
Beberapa obat
simpatomimetik (atropin, hiosin, skopolamin) karena mudah teroksidasi jadi
perlu penambahan antioksidan dan juga kontrol pH.
Obat hidung biasanya diberikan
dengan empat cara :
1. Yang biasanya adalah dengan meneteskan pada bagian tiap lubang hidung
dengan menggunakan pipet tetes.
2. Dengan cara disemprotkan, alatnya ada yang jenis untuk mendapatkan hasil
semprotan beruba kabut (atomizer) ada juga yang agak halus (neulizer) artinya
lebih halus dari atomizer.
3. Dengan cara mencucikan dengan alat “nasal douche”
4. Dapat juga dengan cara “inhaler”, diisap-isap.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemberian obat melalui
hidung adalah Pemberian obat melalui hidung adalah cara memberikan obat pada
hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan pada seseorang dengan
keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Inhalasi adalah
pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada si sakit
langsung melalui alat pernafasannya(hidung ke paru-paru). Obat diberikan dengan
inhalasi akan terdispersi melalui aerosol sempro, asap atau bubuk sehingga
dapat masuk ke saluran nafas. Terapi ini biasanya digunakan dalam proses
perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik, misalnya pada
penyakit asma. Jenis-jenis inhalasi ada 3 : Metered Dose Inhaler(MDI) Tanpa
Spacer, Dry Powder Inhaler(DPI),Nebulizer. Terapi ini lebih efektif , kerjanya
lebih cepat pada organ targetnya tetapi hal yang mungkin bisa terjadi adalah
iritasi pada mulut dan gangguan pernafasan pada penggunaan inhalasi.
Empat cara memberikan obat hidung :
1. Yang
biasanya adalah dengan meneteskan pada bagian tiap lubang hidung dengan
menggunakan pipet tetes.
2. Dengan
cara disemprotkan, alatnya ada yang jenis untuk mendapatkan hasil semprotan
beruba kabut (atomizer) ada juga yang agak halus (neulizer) artinya lebih halus
dari atomizer.
3. Dengan
cara mencucikan dengan alat “nasal douche”
4. Dapat
juga dengan cara “inheler”, diisap-isap.

Komentar
Posting Komentar